Wednesday, September 21, 2005
Waspada Terhadap Toksoplasma

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Anda berdua dikaruniai momongan. Namun perlu diperhatikan, salah satu infeksi yang berbahaya bagi wanita hamil adalah infeksi dan berkembangnya parasit Toksoplasma gondii.

Infeksi yang terjadi pada janin berpotensi menyebabkan cacat bawaan terutama bila terjadi pada usia kehamilan awal sampai usia janin 3 bulan. Tapi, apa sebenarnya toksoplasma ini? Mengapa demikian 'mengerikan' efeknya terhadap pertumbuhan janin?

Parasit dari Kucing
Toksoplasmosis adalah infeksi yang diakibatkan oleh sejenis parasit toksoplasma gondii, yang menyerang jaringan saraf. Parasit ini biasa terdapat pada bulu kucing dan hewan peliharaan rumah lainnya. Juga, ada pada daging setengah matang, telur setengah matang, buah-buahan atau sayuran yang tercemar tinja hewan peliharaan misalnya kucing yang mengandung oosit. Virus ini bisa menular melalui kandungan, juga lewat transfusi darah dan transplantasi organ.

Toksoplasmosis gondii memiliki daur hidup yang kompleks. Saat berbentuk kista berada dalam host perantara kucing ataupun unggas. Setelah itu masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan kurang matang atau daging setengah matang. Tanah juga merupakan media siklus hidup parasit ini.

Menurut March of Dimer, Lembaga Penelitian Khusus Ibu & Anak Amerika, pada 40% wanita hamil yang mengidap toksoplasmosis pada awal kehamilan, janin yang dilahikan akan terinfeksi. Apabila wanita hamil yang mengidap toxoplasmosis pada awal kehamilan, maka 15% janin akan terinfeksi dan menyebabkan abortus ataupun kelahiran dini. Virus ini juga menyebabkan pembesaran hati dan limpa, kuning dan pada mata dan kulit atau pneumonia, ensephalus (tidak memiliki tulang tengkorak) dan bisa diikuti kematian.

Walaupun 90% bayi yang terinfeksi lahir dengan normal tetapi 80-90% bayi tersebut akan menderita gangguan penglihatan setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah lahir. Dan 10% akan mengalami gangguan pendengaran. Selain itu juga terjadi gangguan pada mata sampai terjadi kebutaan, kegagalan pada sistem syaraf, gangguan pendengaran (bisu-tuli), demam, kuning akibat gangguan hati, erupsi kulit, dan gangguan pernafasan.

Pada bentuk laten biasanya berupa kerusakan psikomotor, konvulsi, dan pembesaran kepala atau hidrosepalus. Pada 69% kasus berkaitan dengan koriorentinitis dengan peningkatan volume otak. Pada penderita imunocompromise, yaitu penderita AIDS, kanker ataupun transplantasi organ akan cepat terlihat yaitu adanya gangguan sistem syaraf, encepalitis, pembesaran lomfoglandula, gangguan mata, pendengaran, gangguan pernafasan, dan gangguan jantung dan angka kematian pada penderita di atas cukup tinggi. Jadi, parasit toksoplasmosis ini tidak hanya berakibat fatal pada kehamilan, namun juga bisa diderita siapa saja, pria maupun wanita, remaja ataupun dewasa.

Diagnosa Awal
Gejala terinfeksinya toksoplasma baru akan muncul setelah ada keluhan. Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui pemeriksaan USG, yaitu terdapat cairan berlebihan pada perut (asites), pengapuran pada otak atau pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Bisa saja janin terlihat normal hingga lahir, namun kemudian terjadi retinitis (radang retina mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau perkapuran pada otak dan hati.

Pemeriksaan yang terdapat dilakukan antara lain pemeriksaan serologis (serum darah). Pemeriksaan seringkali dilakukan bersama dengan rubella, cytomegalovirus, dan herpes simpleks, sehingga seringkali disebut sebagai pemeriksaan TORCH.

Namun dapat juga dengan beberapa cara selain serologi juga pemeriksaan hispatologi. Dengan hanya melihat gejalaklinik maka diagnosa kurang bisa diandalkan karena gejala yang tampak tidak spesifik. Pemeriksaan langsung bisa dilakukan dengan cara melihat adanya dark spot pada retina, melakukan pemeriksaan darah untuk melihat apakah parasit sudah meyebar melalui darah dengan melihat perubahan yang terjadi pada gambaran darahnya, serta bisa menggunakan CT Scan dan MRI untuk menemukan lesi akibat parasit tersebut.

Metode diagnosa lain yang sering digunakan adalah dengan menggunakan Indirect haemglutination (IHA), Immuniflourescence (IFAT) ataupun dengan Enzym Immunoassay (Elisa). Seseorang dinyatakan terinfeksi toksoplasmosis jika dalam darahnya terdeteksi (imunoglobulin M) IgM dan IgA positif.

Bagaimana Pengobatannya?
Infeksi parasit ini bisa terjadi secara akut dan kronis. Jika bersifat akut, kesembuhannya relatif cepat, sedangkan yang bersifat kronis penyembuhannya relatif lama. Padahal jika sudah terjadi kerusakan jaringan, maka kondisinya tidak bisa kembali seperti semula, atau tidak dapat pulih. Toksoplasmosis tergolong parasit yang memerlukan pengobatan yang cukup panjang.

Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu IgM dan IgA positif, harus segera dilakukan penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian sulfa dan pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin. Sulfa dan pirimethamin dapat menembus plasenta dengan baik sehinga dianjurkan untuk pengobatan pertama.

Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan. Bahkan setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila didapat IgM positif maka bisa dipastikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun, tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengann pemeriksaan dan pengobatan secara dini penularan ada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin.

Selain itu pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan kemugkinan janin terinfeksi. Karena itu, begitu Anda psoitif hamil sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, apakah tubuh Anda telah memiliki kekebalan terhadap toksoplasmosis. Semakin awal toksoplasmosis menyerang kehamilan Anda semakin besar dampak yang ditimbulkan pada janin Anda.

Mencegah Toksoplasmosis
1. Memasak daging hingga matang dengan pemanasan internal 70 derajat C (158 derajat F) sedikitnya 15-30 menit. Bersihkan tangan dengan air sabun setelah memegang daging mentah.
2. Hindari mengkonsumsi susu yang tidak dipasteurisasi.
3. Jangan mengkonsumsi telur mentah atau setengah matang.
4. Hindari kontak langsung dengan tanah yang potensial sebagai tempat ookista, karena ookista akan mampu bertahan dalam tanah dalam waktu yang sangat lama.
5. Hindari kontaminasi silang antara bahan mentah dengan bahan makan yang telah matang.
6. Biasakan mencuci sayur dan buah yang akan dikonsumsi.
7. Jika Anda memelihara kucing, buanglah feses dari kandangnya setiap hari untuk mencegah ookista sporulasi.
8. Sering mencuci kandang kucing dengan air mendidih.
9. Mencegah agar kucing tidak makan daging mentah seperti memburu tikus atau binatang lainnya.
 
posted by :: Anak Manis :: at 9:54 PM | Permalink |